Bukan Sulap, Bukan Sihir, Ini Grafologi

Kalian pasti pernah denger kayak gini:

“Kamu tuh ga cocok kerja di air, weton-nya ga masuk”

“Wah lu Gemini ya pasti, pantes labil anaknya”

“Kalau diliat dari shio-nya, dia harusnya ga pacaran ama shio yang itu, ga cocok, bisa berantem terus”

Ada banyak cara “membaca” karakter seseorang, dari mulai zodiak, weton, shio atau diterawang sama Ki Joko Bodo (uda tau Bodo kok orang masih mau-maunya diterawang ama dia).

Tapi ada yang tau pernah tau Grafologi ga?

Berasal dari Grapho (dari bahasa Yunani nih, artinya tulisan) dan Logos yang artinya metode, jadi Grafologi itu metode untuk “membaca” karakter atau kepribadian seseorang dari tulisan tangan mereka.

Hah? Emang bisa?

Ya bisa dong. Tulisan tangan kita itu kan sebenernya hasil dari pemikiran otak kita yang mengontrol semuanya. Kebiasaan, perilaku, masa kecil kita yang terbentuk di masa lalu punya efek yang cukup besar di gaya penulisan kita. Jadi, sebenernya tulisan kita itu bisa mencerminkan karakter kita loh.

Eh tapi kan tulisan kita bisa berubah ubah, waktu kecil sama sekarang kan uda keliatan beda banget.

Yaiyalah, dari jaman kita kecil sampai sekarang segede gamblang pasti kepribadian kita mengalami perubahan, dari lingkungan ataupun keluarga. Perubahan itu kerekam loh di tulisan kita. Kayak rekam jejak. 

Emang uda pasti ya ilmu ini buat ngebaca karakter?

Ga seperti Matematika yang ilmu pasti, Grafologi ini adalah sebuah metoda. Sebagai turunan dari psikologi, para psikolog selama lebih dari puluhan tahun uda sepakat kalau ini adalah cara tercepat, termudah dan paling efektif buat membaca karakter seseorang. Ribet kali ya cuy kalau kudu ngitung weton, nanya tanggal lahir buat tau zodiak ama shio. Situ Planet Remaja? (njir jebakan umur tak terelakkan). 

 Emang kenapa sih kita perlu dibaca karakternya?

In order to understand others, we must understand about ourself better. Saat kita uda bisa mencintai diri kita sendiri, maka akan mudah untuk kita mencintai orang lain. Kita jadi bisa memahami posisi kita di sebuah lingkungan, yang kemudian akan membuat kita mawas diri.

Banyak yang sebenernya ga ngerti karakter dia itu seperti apa. Atau ngerti tapi memilih untuk pura pura ga tau. Kadang yang dia pikir karakternya itu A ternyata pas dibaca lewat tulisan tangan ternyata dia itu Z. Miskonsepsi kayak gini yang berusaha dikuak sama Grafologi dengan tajam, setajam tatapan Leily Sagita.

Okay, okay, so how it actually works?

Gw bukan Grafolog, dan juga bukan orang yang secara khusus mempelajari Grafologi. Gw cuma pernah ikut seminar Grafologi selama beberapa jam untuk dibaca karakternya dan terus terang gw amazed. Disini gw ga akan cerita gimana cara membaca karakter dari sebuah tulisan, that’s not my expertise and it requires lots of time to learn about it. Ini cuma gambaran singkat kalau misalnya lu pergi ke grafolog. 

Pas pertama datang, gw dikasi selembar kertas HVS kosong dan polos, kemudian dikasi perintah untuk menulis apaaaa aja sebanyak lebih dari 2 paragraf dan diberi tanda tangan di penghujung tulisan.

Nah, disini pasti banyak yang panik, “Aduh tulisan gw jelek nih” atau “Ya ampun, gw gabisa ngarang nih gimana?”

Jangan sedih tsaaay, itu karangan lu kagak dibaca, hahahaha. Trus pasti awalnya akan coba nulis dibagus-bagusin dan dirapih-rapihin. Padahal ya, ga ada hubungannya antara tulisan tangan bagus dengan kepribadian yang bagus. Makanya diminta nulis lebih dari 2 paragraf, karena apa? Karena di paragraf-paragraf terakhir pasti alam bawah sadar kita akan balik membuat kita nulis kayak biasa. Sudahlah jangan kau tutup-tutupi. Lemesin aja uda :)) 

Ini ada beberapa contoh cara membaca tulisan tangan:

Obama aja pernah dianalisa loh tulisannya. 


Pas selesai dianalisa, gw kaget, gw pikir selama ini gw adalah pribadi yang ekstrovert, karena pembawaan gw yang rame dan senang bergaul dengan orang. Ternyata tulisan tangan gw ga sepakat. SALAH BESAR SAUDARA.

Dibalik outgoing personality gw, ternyata gw itu introvert. Gw akan menyimpan masalah gw sendiri dalam-dalam. Gw ga akan mudah percaya ke orang buat menceritakan masalah gw, kecuali ke orang yang sudah gw percaya bener bener. Intinya, gw tertutup.

Nah loh. Beda kan?

Hasil analisa tulisan tangan ini juga nunjukin gw lemahnya dimana. Misal, dalam konteks kerjaan ya, kalau misal gw melakukan kesalahan itu bukan karena gw ga paham konsep, tapi karena gw cenderung melihat the whole picture, jadi ga teliti. Nah ini keliatan dari trait-trait yang kebaca di tulisan gw.

Oke, jadi Grafologi bisa di apply ga di kehidupan sehari-hari?

BISA BANGETTTT. Nih ya gw kasi beberapa contoh penggunaan hasil analisa dari Grafologi.

1. Dalam hubungan orang tua anak. Orang tua kadang merasa ngerti anaknya, jadi cenderung mengarahkan anak sesuai yang dia anggap terbaik buat anak. Padahal belum tentu bener. Misal, si anak ini seneng banget main piano, ikut les piano berjam-jam dia ga masalah, tapi pas saat konser dia ga mau, bahkan menolak keras. Dari tulisan tangannya, orang tua bisa ngerti loh kalau si anak itu suka main piano for his own pleasure, bukan untuk public. Ortunya kadang maksa biar anak harus tampil, buat belajar PD alasannya. Padahal anaknya ga nyaman.

2. Pas interview kerjaan. Sekarang ini mulai banyak interview (terutama untuk posisi yang strategis) yang pakai Grafologi buat analisa karakter dari si applicants. Ini buat nyari tau apakah kira-kira dia cocok ama jenis pekerjaannya. Apakah dia bisa bekerja dalam tim? Apakah dia bisa bekerja under pressure?

Apakah dia cocok kerja sama bos yang hobi pake sepatu paku bling bling kayak Farhat Abbas? (NGGAK) 

3. Hubungan suami istri. Coba deh ngacung, siapa yang sering bilang “Kamu tuh ngerti ga sih?” ke pasangannya kalau lagi adu argumen. Padahal ya kalau misal kita ngerti dimana soft spot pasangan, gimana cara pandang pasangan kita terhadap suatu hal, unnecessary conflicts dalam rumah tangga itu bisa dihindari loh.

Trus kalau uda keliatan sifat sifat yang mau kita perbaiki, kita bisa apa?

Bisa Graphotherapy. Intinya ini terapi dengan cara rutin menulis (ada ketentuannya, huruf apa yang ditulis, berapa huruf, sehari berapa lama, dan dilakukan sampai jangka waktu berapa minggu).

Emang memperbaiki bentuk huruf bisa membuat karakter kita berubah?

Well, grafolognya sih berpendapat kalau dilakukan berulang-ulang dan terus menerus maka lambat laun ini akan masuk ke alam bawah sadar kita, jadinya nanti tercermin di pola pikir kita,  yang akhirnya ngebentuk karakter kita. 

Kalau misal pengen dibaca tulisan tangan, kudu kemana ya?

Sekarang uda banyaaak lembaga konsultasi yang isinya grafolog yang sudah certified. Harganya pun beragam, tapi masih make sense lah. Setau gw ya mulai dari Rp 300ribuan tergantung dari jasa yang ditawarkan. Atau kalau lu ga mau rugi, coba minta kantor lu ngadain seminar Grafologi. Mayan kan gratisan. 

Gw sendiri setelah ikut seminarnya tiap liat tulisan atau tanda tangan orang mau ga mau jadi ngebaca, oooh dia kayak gini toh orangnya. Jadinya gw bisa ngerti gimana berinteraksi sama dia. 

Yang lagi jomblo, keren nih buat jadi pick up line “Eh, aku bisa baca tulisan tangan kamu loh” trus jadian deh… 
….ama Ki Joko Bodo. 

 

 

 

Advertisement

8 thoughts on “Bukan Sulap, Bukan Sihir, Ini Grafologi

  1. Kupun pernah tersepak-sepak, tertampar dengan hasil analisis tulisan.
    Kukira kubegini, karena tampaknya ya begitu sehari-hari. Eh, ternyata ndak, bahkan berbalik.
    Bikin kaget, tapi setelah dipikir bener juga.

  2. Baru main ke sini karena tweetnya Rahne ๐Ÿ˜€ Salam kenal kakkk ๐Ÿ˜€
    Duh aku jadi pengen dianalisa tulisannya. Pengen tahu apa prasangkaku terhadap karakter diri sendiri jangan-jangan meleset ya ๐Ÿ™‚

    1. Hai kakak! Selamat datang (gelarin kasur palembang karena karpet merah sudah terlalu mainstream). Aku ada kartu nama grafolognya kak barangkali mau “dibaca”.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s