“Yang saya lihat di desa ini adalah hampir semua petaninya golongan tua, sedangkan anak mudanya berbondong bondong ke kota, mereka enggan melakukan pekerjaan cocok tanam lagi. Saat ini, Indonesia sedang krisis generasi petani. Jika dibiarkan, petani di negeri ini akan habis.”

Itu adalah salah satu cuplikan karya dari Sri Sulisytani dalam microfilm-nya yang berjudul Pohaci. Satu dari ribuan karya anak muda yang sudah disaring untuk difilmkan dalam supervisi dan arahan Teh Nia Dinata. Mata saya langsung terbuka. Saya yang terbiasa hidup di kota besar dan tidak ambil pusing dengan bagaimana caranya nasi bisa tersedia di hadapan saya, baru menyadari fakta ini. Cerita yang mungkin ada di sekitar kita, tapi luput dari perhatian kita karena kita jarang membuka mata kita dan memberi perhatian lebih. We surely took things for granted. Padahal tak jarang hal hal kecil di sekitar kita ini bisa memberi pelajaran hidup.
Insto sebagai market leader di industri tetes mata menyadari hal ini. Lewat campaign Buka Mata, Buka Cerita, Insto ingin menggaet salah satu pasar terbesar mereka, yaitu anak muda, untuk mengeksplorasi kisah kisah yang sangat dekat dengan keseharian, namun luput dari perhatian. Kompetisi yang berbeda dari kompetisi yang ada sebelumnya, karena selain berkesempatan memfilmkan cerita mereka dengan arahan langsung dari sutradara yang sangat handal di bidangnya yaitu Teh Nia Dinata, mereka pun berkesempatan menjadi yang pertama di Indonesia menggunakan Snapchat Spectacles, yaitu kamera berbentuk kacamata, salah satu teknologi canggih yang tidak semua orang bisa mencoba. Penggunaan kamera berbentuk kacamata ini juga akan menunjang pengambilan gambar mereka dari mata mereka, jadi penonton akan seolah seolah merasakan dari sudut pandang si pembuat film. First eye perspective.

Sembilan orang semifinalis dengan cerita terbaik diundang ke Jakarta untuk mengisi workshop dengan Teh Nia Dinata. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia, antara lain Jogja, Solo, Tangerang, Bekasi, Subang, Solo dan Pontianak untuk menjadi co-directors dari Teh Nia. Kebayang ga begitu bervariasinya background cerita yang bisa digodok menjadi sebuah film super singkat. Ketika menghadiri prosesi pemberian hadiahnya di Plasa Senayan beberapa waktu lalu, saya tidak heran bahwa karya karya yang ditampilkan adalah yang terbaik dan yang terpilih. It is very heart warming and eye opening. Serius, saya terharu melihatnya. Seperti menyadari bahwa banyak hal yang lepas dari perhatian saya selama ini. Kisah Sri di atas salah satunya. Ada lagi kisah dari Ghafara yang sangat menyentil kita semua. Premisnya sangat sederhana, dulu kita sangat susah berkomunikasi jarak jauh, harus jalan kaki ke wartel dulu untuk bisa menelepon ibu kita, saat sekarang jaman sudah mulai canggih, komunikasi makin mudah, kita makin enggan untuk menghubungi orang tua kita. Teknologi yang harusnya mempermudah komunikasi, malah menjadi hambatan untuk berinteraksi dengan keluarga sendiri, hiks. Coba tunjuk tangan siapa yang langsung tersentil?
Teh Nia Dinata pun mampu menjahit karya karya pilihan tadi menjadi suatu kolase film pendek yang indah. Yang ingin terharu seperti saya, coba buka di website Insto atau bisa melihat di sini. Seneng loh rasanya melihat karya anak anak muda ini, terasa tulus dan penuh rasa.
Mungkin ada yang bertanya tanya, kenapa Insto sangat concern terhadap anak muda. Tanpa kita sadari, ternyata perkembangan teknologi juga memberi dampak untuk mata kita. Terutama kaum muda yang sangat sering terpapar penggunaan gadget, laptop dan alat elektronik lainnya. Insto sebagai produsen tetes mata di Indonesia dengan pangsa pasar terbesar, mempunyai solusi terhadap permasalahan tersebut. Insto Dry Eyes atau mudahnya kita sebut Insto Biru, dapat digunakan untuk mata kering, akan membantu mata yang kering dan lelah akibat digunakan menatap gadget dalam intensitas waktu yang cukup lama. Insto akan bekerja seperti formula air mata, membasahi mata kita sehingga mata bisa terhidrasi dengan baik dan mengurangi dampak dari mata yang lelah. Padahal selama ini kita taunya Insto (Insto Hijau) hanya digunakan untuk iritasi mata atau mata merah akibat berkendara di jalan dan terkena polusi kan ya? Mungkin sudah saatnya kita yang sangat attached dengan gadgets ini menyediakan Insto Biru di tas kita untuk penggunaan sehari hari. Kenapa? Berdasarkan fakta, 9 dari 10 orang di Indonesia pernah mengalami iritasi mata ringan, namun sayangnya hanya 1 yang menggunakan tetes mata untuk menanggulanginya. Duh, padahal mata kan jendela hati ya. Yuk, kita mulai merawat mata kita, supaya bisa buka mata dan melihat banyak cerita di sekitar kita. Buka Mata, Buka Cerita, dengan Insto.